Mawar
Kampus
“Kiri bang..”
Aku sudah sampai di depan kampusku. Hari ini pukul 08.30 WIB, aku
akan mengakhiri UAS untuk semester 5 ini. (Tuhan.. Semoga UAS kali ini akan
lebih sukses dari sebelumnya. Amiinn).
Oh ya, namaku Adith. Eeits! Jangan menebak-nebak sembarang. Kalau
kalian menebak aku ini seorang laki-laki, kalian salah besar. Aku ini seorang
perempuan, tapi aku suka dengan nama panggilan itu.
“Wooy..! Ngelamun aja lo pagi – pagi!!” Tegur Echa, salah satu sahabatku.
“Eh lo..!! Kaget gue..”
Jawabku sambil mencibir.
“Lo ngapain? Nggak nyebrang Dith?” Tanya Echa.
(Ya ampuuuunnn, iya ya!! Ternyata sedari turun dari angkot yang
aku naiki tadi, aku hanya berdiri di pinggir jalan).
“Hehe.. Gue sengaja nungguin lo supaya nyebrang bareng. Soalnya gue
tau lo kan nggak bisa nyebrang.” Jawabku
membela.
“Yeeeee.. Tapi iya juga sih!”
Jawab Echa sambil menggandeng tanganku seperti nenek-nenek pada cucunya.
(Sssstt! Jangan beritahu ini pada Echa! Dia bisa marah dua album!! Hehe).
###
Setelah sampai di dalam kampus, seperti biasa kedua sahabatku
lainnya sudah berkumpul. Mereka tiba di kampus satu jam sebelum jam ujian
dimulai. Mereka tampak sedang membahas materi yang mungkin akan keluar di soal
ujian nanti.
“Dith, udah belajar sampe mana lo?” Tanya Deris.
“Udah. Mudah-mudahan sih soal yang nanti keluar nggak jauh dari
materi yang diajarin.” Jawabku.
“Kawaaann.. Kita kerjain soal yang ini yuuu.. mau nggak? Siapa tau
nanti keluar soal yang sejenis kaya ini.”
Kata Imah.
“Setuujuuuu..!!” Jawab kami
kompak.
Kemudian mulailah kami mengerjakan soal tersebut bersama-sama.
Kami memang biasa mengerjakan suatu tugas bersama-sama, karena kami memiliki
pemikiran yang sama, bahwa dengan mengerjakan soal itu bersama-sama menjadi
lebih menyenangkan dan kami bisa bertukar pikiran. Yaaa.. belajar kerja sama,
karena saat di dunia kerja nanti, kemampuan bekerja sama itu penting selain
keahlian bidang yang kita miliki.
###
Fiiiuuhh!! Aku keluar dari dalam ruang ujian dan menuju ke taman
depan kampus yang bisa bikin otak adem karena pepohonan yang rindang. Taman ini
tidak terlalu besar, hanya bagian dari tempat parkir mobil dan motor. Tetapi di
sinilah tempat favorit mahasiswa kampus. Rasanya aku ingin melepas sedikit kepenatan di otakku. Di taman ini anginnya cukup
kencang, jadi siapa tahu kepenatan itu bisa terbawa oleh angin.
Aku duduk sendiri di tepi kolam yang cukup menjadi ikon kampusku.
Kolam ini disebut kolam lumba-lumba. Bukan karena di kolam ini
terdapat ikan lumba-lumba, tetapi karena di kolam ini terdapat patung ikan
lumba-lumba. Aku akan bercerita sedikit mengenai kolam keramat ini. Keramat
karena tiap mahasiswa yang berulang tahun, sering diceburkan ke dalam kolam
ini. Mungkin tradisi ini sudah dilakukan sejak dua atau tiga tahun yang lalu
pada angkatan-angkatan sebelum kami.
Blub.. Blub.. Blup..
Ternyata ada pesan masuk di handphoneku.
From : Imah
Dith, lo dmn?
Gilaaa.. Pay sama Rico berantem!! Rico ngira Pay dah slingkuh sm
Deris..
To : Imah
Hah?? Ble’e..
Gw k sna!
###
Aku pun berdiri beranjak pergi dari taman.
Rico adalah pacar Deris. Mereka sudah lama berpacaran. Sementara
Pay, aku sendiri baru mengenalnya dua bulan yang lalu. Aku dan ketiga sahabatku
mengenalnya saat kampus mengadakan event music. Pay adalah salah satu player band yang mengisi acara tersebut. Sejak saat itu, memang kami dekat
dengan Pay. Namun, aku tidak menyangka kalau kedekatan Deris dengan Pay
disangka buruk oleh Rico karena sebenarnya kedekatan kami berempat dengan Pay
sama saja. Pay juga merupakan mahasiswa kampus kami, dia satu angkatan di atas
kami. Kami sering bertanya masalah tugas padanya karena kebetulan jurusan kami
sama. Ketika berkumpul bersamanya biasanya kami minta diajarkan bagaimana
penjelasan lebih dari suatu materi karena di dalam jam perkuliahan waktunya
singkat.
Setiba di tempat kejadian, aku langsung melihat ketiga sahabatku
tampak bingung.
“Dith..” Sapa (mungkin merupakan pernyataan
bingung juga) oleh Deris.
Aku hanya memegang tangan Deris sambil mencoba melerai Rico dan
Pay.
“Wooy!! Lo berdua tu malu-maluin tau nggak??!! Co, atas dasar apa
lo berprasangka buruk kaya gitu terhadap Pay sama Deris? Lo tau kan kalo ada
pay, ya kita bertiga juga ada. Lo jangan cemburu buta gitu dong! Lagian kalo lo
berdua mau adu, jangan di lingkungan kampus. Lo nggak malu apa??!!” Tegurku kepada Rico dan pay.
Semua terdiam. Pay pergi meninggalkan tempat. Rico mulai bisa
diajak bicara dengan Deris, mulai bisa menerima penjelasan Deris. Aku, Echa,
dan Imah meninggalkan Deris dan Rico berdua supaya mereka bisa tenang kembali.
Aku bersama kedua sahabatku pergi ke kantin.
###
“Gila ya buu.. Rico kok bisa-bisanya kaya gitu..” Kata Imah.
Aku dan Echa hanya menjawab dengan kernyitan kening dan alis.
Tiba-tiba Pay menghampiri kami lalu duduk di sampingku tetapi hanya
terdiam. Aku dan kedua sahabatku hanya saling melirik.
“Pay, udaaahh tenaaangg..”
Kata Imah.
Pay hanya menjawab dengan senyuman.
(Tuhan, sungguh senyuman yang tulus, ikhlas menerima semua yang
baru saja terjadi terhadap dirinya. Tidaaak, aku tidak jatuh cinta padanya..
Hanya sedikit mungkin. Oooowwwhh aku mulai merasa simpati padanya.).
“Wooy!! Kenapa lo Dith??”
Tanya Imah mengagetkanku.
“Nggak.. Gue ngantuk nih mau tidur. Gue pulanng duluan ya?” Pamitku sambil berdiri dan beranjak.
“Dith..” Tiba-tiba Pay memanggilku.
“Kenapa Pay?” Tanyaku.
“Lo bareng gue aja gimana? Kebetulan gue juga mau pulang.” Kata Pay.
“Uuuumm, boleh deh kalo nggak ngerepotin.” Jawabku sambil melirik ke kedua sahabatku yang mengedipkan mata
kepadaku.
Akhirnya aku pulang bersama Pay.
###
Di tengah perjalanan, tiba-tiba Pay menghentikan motornya di
pinggir jalan. Aku pikir ada trouble dengan motornya, ternyata bukan. Pay menjawab sebuah panggilan di handphonenya.
“Hah?? Masa dadakan gini?? Nggak bisa dicancle? Gue aja
sekarang masih di jalan pulang kuliah. Nah tuh kan, vokalis kita aja nggak bisa
diharapin. Jadi nih? Ya udah, gue ke basecamp sekarang.” Percakapan di telepon itu tak sengaja aku dengar.
“Dith, barusan temen band gue bilang kalo nanti jam lima band gue harus tampil di event temen gue. Sekarang gue harus ke basecamp band untuk briefing. Tapi, gue harus
tanggung jawab karena gue yang minta lo ikut bareng gue. Uuuumm, gimana kalo lo
ikut gue ke basecamp band gue setelah itu gue anter lo pulang?” Jelas Pay.
“Uuuumm..” Aku masih berpikir.
“Udaaahh.. Lo ikut aja yaa..”
Tiba-tiba Pay langsung menyalakan motornya dan belum selesai aku menjawab
pertanyaannya, aku sudah diajaknya menuju basecampnya.
###
Tiba di basecamp bandnya, aku langsung diperkenalkan kepada
keempat teman band Pay. Disana juga ada Rini, adik dari salah satu teman Pay yang
usianya sama denganku. Jadi selama Pay dan teman-temannya melakukanbriefing,
aku hanya mengobrol saja dengan Rini.
Satu jam kemudian, mereka selesai briefing.
“Dith, lo ada acara nggak sampai nanti jam enam?” Tanya Pay.
Aku hanya menjawab dengan gelengan kepala dan wajah bingung.
“Gini, band gue sebenernya dah hampir sebulan vakum karena vokalisnya nggak
bisa lanjut lagi. Sekarang banddapet job manggung di event yang menurut gue asik, penting juga untuk kelanjutan band gue. Nah, lo bersedia nggak kalo jadi
vokalis kita?” Jelas Pay. “Nggak.. nggak selamanya kok kalo lo nggak bersedia, kali iniiiii
aja.. ya?” Pinta Pay.
Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Tapi, aku lihat Pay
benar-benar harus ikut dalam event kali ini, dan kalau tidak ada vokalis, artinya bandnya tidak dapat tampil.
Akhirnya aku menjawab dengan anggukan dan senyuman yang mungkin
masih mengandung unsur bingung juga.
“Pay, tapi gue nggak ada persiapan apa-apa. Baju.. Make-up.. Lagu..
Semuanya..” Kataku bingung pada Pay.
“Uuuumm, kita sekarang latihan bareng lo, kebetulan kita punya
catatan liriknya. Terus nanti pas nyanyi, gue barengin lo dulu deh. Soal baju
dan lain-lain..” Jelas Pay.
Belum selesai Pay menjawab, tiba-tiba..
“Dith, lo pake baju gue aja. Di rumah gue ada baju yang kayaknya
pas kalo lo pake untuk manggung. Make-up beres laaah..” Jelas Rini.
Semua pun menjawab dengan anggukan.
###
Latihan berjalan dengan lancar. Memang awalnya aku membawakan lagu
itu dengan dituntun oleh Pay. Pay tampak sabar sekali dalam menuntunku hingga
aku akhirnya bisa hafal lirik dari dua buah lagu dari band mereka. Oh ya, satu lagi, aku merasa
sangat bahagia saat latihan tadi, entah mengapa, tapi rasanya nyaman sekali
berada di dekat Pay. Bercanda di sela-sela latihan itu dan perhatiannya padaku
membuatku jatuh cinta sepertinya.
Aku pun akhirnya telah di-make over oleh Rini. Wow! Aku sendiri tidak percaya melihat diriku di depan
cermin. Aku merasa seperti superstar yang didandani oleh penata rias terkenal. Dan yang pasti aku akan
menuju panggung yang besar, yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.
“Pay, nih vokalis kita dah siap.”
Kata Rini pada Pay dan teman-teman lainnya.
“Cantik.” Jawab Pay diiringi senyuman.
Satu kata dari Pay berkesan seribu untukku. Untung saja ini
kenyataan, kalau di film-film, mungkin aku sudah terbang atau setidaknya tumbuh
bunga-bunga di sekitarku.
“Yu jalan.” Kata salah satu teman Pay mengajak
semuanya untuk segera berangkat menuju lokasi.
###
Di tengah perjalanan.
Blub.. Blub.. Blub..
Ada pesan masuk di handphoneku.
From : Echa
Dith, gmn td plg brg Pay?
Ciiiee.. gw ngliat da yg beda dr lo sm pay..
To : Echa
Critanya pjg bgd
Intina gw diajak manggung gantiin voc bandnya yg wkt itu kita liat
d kampus
Kita manggung d Concert Cafe.
From : Echa
Giiillaaaa..
Gw dtg y, moment penting ni
Gw sm yg lain pst dtg!
To : Echa
:p
Okeehh
###
Akhirnya aku, Pay, dan yang lain sampai di lokasi. (Wow! Banyak
sekali pengunjung yang datang. It will be
great!) pikirku.
Tiba saatnya band kami tampil. Saat di atas panggung, aku melihat ketiga sahabatku
dan Rico pun hadir dan meneriakan namaku. Aku menjawab teriakan mereka dengan
lambaian tangan dan senyuman.
Kemudian aku pun mulai menyanyikan sebuah lagu setelah itu lagu
kedua dan selesai. Fiuhh!!
Aku turun dari panggung, kemudian aku dan bandnya Pay berkumpul di back stage. Mereka
bilang manggung kali ini hebat. Aku senang mendengarnya. Aku merasa ternyata aku
bisa dan selain itu aku juga senang bisa membantu Pay dan melihat Pay senang
tentunya.
Setelah itu, aku ijin kepada Pay untuk menghampiri
sahabat-sahabatku di depan panggung.
“Heeyy..!!” Teriakku pada mereka karena keadaan di
depan panggung sangat ramai dan pasti suaraku terdengar pelan. Tapi untunglah
mereka langsung menengok ke arah suaraku dan menghampiriku.
“Keren Dith!” Kata mereka sambil memelukku.
Aku hanya tersenyum-senyum.
Tiba-tiba Pay berada di belakangku dan menyapa semuanya. Aku dan
ketiga sahabatku sudah cemas kalau Rico masih marah pada Pay. Tetapi ternyata
Rico malah meminta maaf lebih dulu pada Pay, mungkin karena Rico menyadari
kesalahannya.
Aku dan ketiga sahabatku saling berpelukaan.
Pay dan Rico sudah saling memaafkan.
Sahabat-sahabatku tampak bahagia sekali saat ini.
Pay sudah berhasil manggung di event yang dia inginkan dengan hasil yang
memuaskan.
Aku..
Aku bahagia dengan itu semua.
Selain itu juga karena..
Di backstage tadi, sebenarnya Pay sempat mengajakku mengobrol berdua.
“Dith, makasih ya.. gue nggak tau kalo nggak ada lo, nggak akan gue
sebahagia ini.” Kata Pay sambil tersenyum dan
memelukku.
Aku kaget dipeluknya dan segera melepas pelukannya.
“Iya, kembali kasih Pay. Gue seneng kok ngejalaninnya. Dan gue juga
seneng liat lo seneng.” Jawabku sambil tersenyum.
Tiba-tiba aku dan Pay terdiam.
Pay, meraih tanganku dan menggenggamnya.
“Dith, lagu tadi untuk lo. Mungkin ini permintaan gue yang kedua
hari ini. Bersedia nggak lo jadi Mawar untuk gue?” kata Pay.
Rasanya jantungku berdegup kencang. (Tuhan, aku mencintainya).
Aku yakinkan diriku untuk menjawab pertanyaan Pay dengan angukan
dan senyuman yang paling tulus dari dalam hatiku.
Pay pun memelukku. Pelukan yang penuh kasih sayang.
Kau hadir temani jiwaku
Kau hadir dengan ketulusan cintamu
Kau telah temani langkahku
Dengan sluruh hangat kasihmu
Mawar
Kau yang terindah yang kumiliki
Tetaplah disini bersamaku
Jalani hari-hari bersamaku
Ku cinta kau
Mawar..